-->

Arti, Filosofi, Dan Sejarah Garuda Pancasila Sebagai Lambang Negara

Label

Saturday, 6 October 2018

Arti, Filosofi, Dan Sejarah Garuda Pancasila Sebagai Lambang Negara

Melambangkan pertahanan bangsa Indonesia Arti, Filosofi, dan Sejarah Garuda Pancasila sebagai Lambang Negara


 Burung Garuda 

Melambangkan kekuatan 

Warna emas pada burung Garuda 
Melambangkan kejayaan  Indonesia

 Perisai di tengah 

Melambangkan pertahanan bangsa Indonesia 

Warna merah-putih pada Perisai

Melambangkan warna bendera nasional Indonesia. Merah berarti berani dan putih berarti suci 

Garis hitam tebal yang melintang di dalam perisai 

Melambangkan wilayah Indonesia yang dilintasi oleh Garis Khatulistiwa

Bintang

Berarti, Ketuhanan yang Maha Esa

Rantai
Berarti, Kemanusiaan yang adil dan beradab

Pohon Beringin
Berarti, Persatuan Indonesia

Kepala Banteng
Berarti, Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kecerdikan dalam permusyawaratan perwakilan

Bunga Padi dan Kapas
Berarti, Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia


FILOSOFI DARI HELAI BULU

Bulu di tiap-tiap akup berjumlah 17

Yang berarti tanggal kemerdekaan Indonesia yaitu tanggal 17

Bulu yang terdapat pada ujung berjumlah 8
Yang berarti bulan kemerdekaan Indonesia yaitu bulan 8/ bulan Agustus

Bulu di bawah perisai berjumlah 19 dan bulu leher 45
Yang berarti tahun kemerdekaan Indonesia yaitu tahun 1945


PITA PUTIH BERTULISKAN BHINEKA TUNGGAL IKA

Secara bahasa berarti Berbeda-beda Tetapi Satu Jua.
Artinya walaupun Indonesia terdiri dari banyak sekali macam suku, budaya, dan agama namun indonesia tetap satu.


Sejarah Garuda Pancasila

Menurut lampiran pada Peraturan Pemerintah No.55 Tahun 1951, lukisan garuda diambil dari khasanah peradaban Indonesia. Garuda tergambar pada beberapa candi di Indonesia semenjak kurun ke-16, sebagai Lambang Tenaga Pembangunan mirip dikenal pada peradaban Indonesia.


Melambangkan pertahanan bangsa Indonesia Arti, Filosofi, dan Sejarah Garuda Pancasila sebagai Lambang NegaraBurung Garuda dan Mitologi nenek moyang Indonesia berdekatan dengan burung elang rajpertamai. Burung ini dilukiskan di Candi Dieng, Prambanan, dan Penataran. Di dieng dilukiskan sebagai insan berparuh burung dan berakup; di Prmbanan dan candi-candi Jawa Timur bentuknya berparuh, berambur panjang, bercakar dan mirip raksasa.

Raja Erlangga menggunakan tokoh Garuda sebagai Meterai Kerajaannya. Lambang itu didiberi nama Garudamukha. Sekarang Meterai Garudamukha di simpan di Museum Nasional Jakarta dengan arahan penyimpanan No : D-16 Bahwa Raja-raja di Indoneisia sudah semenjak usang menggunakan lambang ini, diketahui juga di barat.

Dalam sebuah buku tentang lambang kerajaan yang terbit sekitar tahun 1453 berjudul "Des Conard Gruenenberg, Ritters und burgers in Constanz wappenbuch, Volibrratham nuenden Tag des Abrelien do man zaelt tusend vier hundert drue und achtzig jar" menciptakan lambang "Kaisar Jawa" memperlihatkan seujung burung phoenix di atas api unggun. Sedangkan "Kaisar Sumatra" menggunakan lambang Rajpertamai digambar dari samping dengan kedua cakarnya mengarah ke depan.

Pasal 5 Lampiran ini sebut bahwa kata Bhina dan Ika. Kalimat tersebut seluruhnya diterjemahkan. "Berbeda-beda tetapi satu jua," kedua kata itu sering menjadikan salah tafsir, orang menduga Ika berarti "itu". Padahal spesialuntuk kata petunjuk yang berarti "itu". 

Semboyan ini diambil dari kitab sutasoma karangan Empu Tantular dari pertengahan kurun ke-14.  Kata -kata ini digunakan Tantular untuk menandakan paham Sinkretis antara Hinduismedan Budhisme yang menjadi aliran pada zaman itu.

Lengkapnya adalah: 
Siswatattwa lawan Budhatattawa tunggal, bhineka tunggal ika, tanhana dharma mangrwa. (Siswa dan Buda itu satu, dibedakan tetapi satu, tidak ada pemikiran agama yang bersifat mendua.


Burung Garuda menjadi Lambang Negara Republik Indonesia menurut Peraturan Pemerintah No.66 tgl. 17 Oktober 1951. Tetapi sudah berlaku semenjak tangal 17 Agustus 1950. Berbentuk Burung Garuda yang di dadanya tergantung perisai dengan "lima simbol" yang lazim disebut Pancasila.

Pencipta Lambang Garuda Pancasila ialah Sultan Hamid II pernah menjabat sebagai Ketua Panitia Lencana Negara di masa kabinet RIS (Republik Indonesia Serikat).



Menarik? Tolong menolong share ya...